monitorberita.com Kabar duka datang dari dunia hukum dan pemberantasan korupsi Indonesia. Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Sosok yang pernah dikenal tegas dan berani dalam memimpin lembaga antirasuah itu kini berpulang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan masyarakat luas.
Antasari sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit setelah dinyatakan terinfeksi virus. Selama beberapa hari, tim medis berupaya memberikan penanganan terbaik, namun kondisinya kian melemah. Di tengah masa-masa sulit itu, ia sempat mengungkapkan keinginannya kepada keluarga untuk menghabiskan sisa waktu hidup di rumah, bukan di rumah sakit.
Menantunya, Ardiansyah, menjadi saksi langsung dari keinginan terakhir sang mertua. “Alhamdulillah, beliau ingin meninggal di rumah. Saat itu beliau bilang kepada saya, ‘Saya ingin pulang.’ Dan kami langsung memahami maksudnya,” ujar Ardiansyah dengan suara berat.
Pesan Terakhir yang Penuh Makna
Menurut keluarga, permintaan Antasari untuk pulang bukan sekadar keinginan fisik untuk berada di rumah, tetapi juga memiliki makna emosional yang dalam. Ia ingin kembali ke tempat di mana seluruh anggota keluarganya berkumpul, di mana kenangan masa lalu terpatri, dan di mana ia merasa paling damai.
Ardiansyah menjelaskan bahwa beberapa hari sebelum wafat, Antasari masih sempat bercengkrama dan berbicara dengan anggota keluarga. Dalam kondisi lemah, ia tetap berusaha tersenyum dan memberi semangat kepada anak-anak serta cucunya.
“Beliau bilang, jangan pernah berhenti berbuat baik dan jangan simpan dendam kepada siapa pun. Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan kebencian,” kenang Ardiansyah.
Kata-kata tersebut menjadi pesan terakhir yang kini terus diingat oleh keluarga. Mereka menilai bahwa kalimat itu mencerminkan kepribadian Antasari yang bijak, tegar, dan penuh kasih sayang, meskipun hidupnya pernah diliputi berbagai ujian berat.
Perjuangan Hidup Seorang Antasari Azhar
Nama Antasari Azhar dikenal luas publik Indonesia sebagai figur penting dalam sejarah pemberantasan korupsi. Sebagai Ketua KPK, ia dikenal berani mengambil langkah-langkah tegas terhadap para pejabat tinggi yang diduga melakukan korupsi, tanpa pandang bulu. Kepemimpinannya dianggap sebagai salah satu periode paling keras dalam sejarah KPK, ketika banyak kasus besar berhasil diungkap.
Namun perjalanan hidupnya tidak selalu mudah. Setelah masa kepemimpinannya di KPK, Antasari menghadapi cobaan besar ketika dirinya terseret dalam kasus hukum yang membuatnya harus menjalani hukuman penjara. Kasus tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Meski demikian, setelah bebas, Antasari memilih untuk tidak menyimpan dendam dan tetap menjalani hidup dengan penuh ketenangan. Ia kembali aktif dalam kegiatan sosial, memberi ceramah, serta berbagi pengalaman hidup tentang pentingnya kejujuran dan kesabaran.
Bagi banyak orang, Antasari menjadi simbol perjuangan dan keteguhan hati dalam menghadapi tekanan hidup.
Sosok Ayah dan Kakek yang Penyayang
Di luar sorotan publik, Antasari dikenal sebagai sosok keluarga yang hangat. Ia selalu berusaha meluangkan waktu untuk anak dan cucunya, meskipun kesehatannya mulai menurun. Menurut Ardiansyah, sang mertua tak pernah absen memberi nasihat setiap kali keluarga berkumpul.
“Beliau selalu mengingatkan kami untuk menjaga integritas dan nama baik keluarga. Katanya, kehormatan lebih mahal daripada kekayaan,” kata Ardiansyah.
Cucunya juga mengenang sosok kakek yang penuh kasih. Meski terlihat tegas di luar, di rumah ia dikenal sabar dan humoris. Ia sering bercerita tentang masa mudanya sebagai jaksa dan perjalanan panjang menuju posisi Ketua KPK.
“Kalau ngobrol sama cucu-cucunya, beliau sering bilang, belajar itu penting, tapi yang lebih penting adalah punya hati nurani,” cerita salah satu anggota keluarga.
Kehidupan Sederhana Setelah Pensiun
Setelah tidak lagi aktif di dunia hukum, Antasari menjalani kehidupan yang sederhana. Ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, membaca buku, dan menghadiri kegiatan keagamaan di lingkungannya.
Meski dikenal sebagai mantan pejabat tinggi, gaya hidupnya jauh dari kemewahan. Ia tetap memilih tinggal di rumah lamanya, menjalani rutinitas dengan tenang, dan sering menyambut tamu yang datang hanya untuk bersilaturahmi atau meminta nasihat.
“Beliau sosok yang sangat rendah hati. Tidak pernah menolak siapa pun yang datang, bahkan anak-anak muda yang hanya ingin ngobrol tentang hukum dan keadilan,” ujar salah satu tetangga.
Reaksi Publik dan Tokoh Nasional
Kabar meninggalnya Antasari Azhar menimbulkan duka mendalam di berbagai kalangan. Para tokoh hukum, pejabat, hingga mantan kolega di KPK menyampaikan ucapan belasungkawa. Banyak yang mengenang jasanya dalam membangun fondasi integritas lembaga antirasuah di Indonesia.
Seorang mantan komisioner KPK menyebut Antasari sebagai “peletak dasar keberanian moral dalam penegakan hukum”. Ia menilai, meski kehidupannya sempat terguncang oleh kasus hukum, dedikasi Antasari terhadap pemberantasan korupsi tidak pernah pudar.
“Beliau adalah contoh nyata bahwa setiap manusia bisa bangkit dari keterpurukan. Dan sampai akhir hayatnya, beliau tetap memegang prinsip kejujuran,” ujarnya.
Doa dan Harapan Terakhir
Kepergian Antasari meninggalkan pesan yang kuat bagi bangsa: bahwa keadilan dan integritas harus diperjuangkan, meski menghadapi risiko dan pengorbanan besar. Keluarga berharap masyarakat mengenangnya bukan dari kontroversi masa lalu, tetapi dari nilai perjuangan yang ia tanamkan.
“Bapak selalu bilang, hidup harus bermanfaat. Jangan takut salah, tapi jangan berhenti memperbaiki diri,” kata Ardiansyah.
Kini, pesan itu menjadi warisan moral yang akan terus hidup di hati keluarga dan masyarakat. Sosok Antasari Azhar akan dikenang bukan hanya sebagai mantan pejabat tinggi, tetapi juga sebagai manusia yang berani, penyabar, dan penuh kasih hingga akhir hayatnya.

Cek Juga Artikel Dari Platform infowarkop.web.id
